Hal ini mungkin saya termasuk Pioneer π waktu itu tahun 2008 saya ikut EU atau semacam entrepreneur university. Bukan sekolah normal. Lebih seperti sekolah Malam dan isinya ketemu orang orang senior di bidang bisnis. waktu itu saya masih kuliah..
Fase 1 :
Di tahun 2010 February, saya bikin akun toko ( khusus toko, saya bedakan dengan akun pribadi) dan pajang dan saya pakai 2 bank waktu itu. Sesuai yg mayoritas orang pakai. BCA mandiri. Karena beberapa pembeli dari pelosok, saya buat rekening BRI juga..
Saya untung dari sana. Album banyak yg like. dan rasanya pajang apa saja selalu laku. Ada.yg request barang, langsung saya Carikan di market.
Cara main saya waktu itu, saya ke market beli barang, foto dan upload, lalu ada yg beli ( stock barang ). Dan sampai saat ini masih ada barangnya :) tapi saya tidak lagi berjualan di Facebook.
Tagging : sistem tag / tandai , sangat efektif waktu itu. Ada yg sebel karena kita tandai. Ada yg pm minta jangan ditandai. Ada yg senang dan minta ditandai terus. Saran : tag 1 orang per foto. Jangan 10 foto tag ke 1 orang. Itu namanya spam .
Fase 2 ;
Lalu saya punya beberapa resellers. Mereka info kalau nama shop kemungkinan akan ditutup akunnya karena akan dirilis Facebook business.
Saya punya Facebook business, lalu saya promote. Untuk tarif per klik lumayan mahal buat saya karena ga dapat return yg cukup untuk cover biaya.
Lebih efektif sistem tagging π
Fase 3 :
Facebook ubah algoritma, jadi yang muncul di news feed adalah yg paling banyak like atau comments. Sementara, tadinya sistem Facebook adalah real time. Siapa yg ketik di saat itu / bikin status, berarti dia lagi online. Sehingga mudah sekali engage / berinteraksi dengan teman bahkan pembeli.
Nah sistem ini yg banyak dipakai saat ini. 2023. Tapi ini artinya kita harus bikin post yg menarik jempol dan comment. Yg notabene, gosip jauh lebih menarik dari produk. Saya juga disajikan dengan home / news feed friends yg menurut saya tidak relevan. Tapi intinya hanya banyak like dan comment.
Secara pribadi, saya merasa jenuh.. lalu saya tinggalkan aku Facebook. Akun pribadi saya deactivated. Lalu akun toko masih aktif tapi tidak pernah saya baca sama sekali.
Saya lihat ada menu baru dimana kita bisa pilih semacam ' silent ' , tapi mungkin itu sudah terlambat. Karena kejenuhan melihat yg tidak ingin dilihat tadi.
Beberapa pembeli minta saya buka akun Instagram. Saya buat tapi saya tidak pernah upload.
Instagram menurut saya :
Bagus untuk pengumuman karena 1 foto mewakili 1 data.
Facebook :
Sementara untuk organize foto, saya suka Facebook karena ada sistem album. Saya bisa beri nama album dress , album atasan. Dan bisa memuat banyak foto.
Melihat sistem Instagram tidak punya album organizer , maka adik saya merekomendasikan marketplace, kemudian, saya melihat marketplace adalah solusinya. Dan betul. Sampai detik ini saya hidup dari marketplace :)
Saran :
Siap siap perubahan algoritma dan siap siap dipaksa nonton / melihat gosip / informasi tidak relevan jika berjualan di sosial media.
Untuk saat ini tidak saya rekomendasikan. Dulu iya, bagus. Tapi kita manusia punya batas untuk memilah memilih, saya sarankan jangan gabung jualan dengan kegiatan pribadi/ sosial.. ( demi kesehatan mental health anda ) π
Tidak ada komentar:
Posting Komentar