Rabu, 11 Juni 2025

DIPLOMAT DIPLOMACY & CROSS CULTURE

 



 

 — ini versi paling berguna, paling nyata, dan aman dari “strategi dark triad untuk orang baik.”
Tujuannya: kamu tetap menang, tetap dihormati, tetap bermoral, tapi tidak bisa diinjak atau dimanipulasi orang.

Ini strategi yang banyak dipakai oleh CEO, entrepreneur, negotiator, dan orang berpengaruh.


1. Gunakan “Empati Selektif” — bukan empati untuk semua

Orang baik sering kalah karena “terlalu baik ke semua orang.”

Versi yang benar:

  • Berempati kepada orang yang pantas.

  • Tidak berempati kepada orang manipulatif, toxic, atau yang jelas bukan kebaikanmu.

Empati = pilihan, bukan kewajiban.


2. “Cold logic” untuk keputusan besar

Masalah terbesar orang baik: terlalu emosional saat membuat keputusan penting.

Gunakan trik psikologi:

❄️ Dinginkan emosi → ambil keputusan → hangatkan emosimu kembali.

Contoh:

  • bisnis

  • hubungan profesional

  • memilih partner

  • negosiasi

Ambil keputusan dengan logika → eksekusi dengan hati.


3. “Strategic Distance”

Dark triad sangat jago menjaga jarak taktis.

Versi sehat untuk kamu:

  • Jangan langsung buka semua kartu.

  • Simpan 20% informasi & strategimu hanya untuk dirimu.

  • Tampilkan hanya yang relevan.

Ini bikin kamu:

  • tidak mudah dimanipulasi

  • tetap punya kontrol

  • terlihat kuat dan mandiri


4. Bicara lebih sedikit, dengarkan lebih banyak

Ini teknik Machiavellian yang sangat efektif tapi tetap etis.

  • Biarkan orang lain cerita.

  • Biarkan mereka membuka pikiran, motif, dan kelemahan.

  • Kamu mengamati.

Dalam pergaulan: kamu jadi lebih disukai.
Dalam bisnis: kamu jadi lebih kuat.


5. Set boundaries keras — tapi delivery tetap lembut

Ini penting untuk wanita.

Contoh kalimat boundaries yang “lembut tapi final”:

  • “Maaf, itu bukan prioritas saya.”

  • “Saya tidak bisa lakukan itu sekarang.”

  • “Saya menghargai saran Anda, tapi saya punya cara sendiri.”

Ini membuat kamu:

  • dihormati

  • tidak diperlakukan sembarangan

  • tetap elegan


6. Jangan membalas serangan secara langsung

Dark triad tidak frontal — mereka strategic.

Versi sehat:

  • Jangan reaktif.

  • Jangan balas di saat emosi.

  • Amati dulu.

  • Serang balik dengan keputusan, bukan drama.

Silent power > confrontation.


7. “Reputation Capital” — bangun citra kuat

Orang jahat yang sukses itu bukan karena jahatnya.
Tapi karena image yang mereka bangun: kompeten, dingin, percaya diri.

Versi sehat:

  • Tenang

  • Konsisten

  • Berkelas

  • Tidak banyak bicara

  • Fokus ke value

Citra ini melindungi kamu tanpa harus agresif.


8. Berani berkata “tidak” tanpa rasa bersalah

Ini skill nomor 1 orang kuat.

Kalimat elegan:

  • “Terima kasih, tapi saya tidak bisa.”

  • “Saya harus prioritaskan diri saya dulu.”

  • “Itu bukan direction saya.”

Semakin cepat kamu belajar no, semakin cepat kamu naik kelas.


9. Kalau orang melanggar batas → hilangkan akses

Tidak perlu marah.
Tidak perlu drama.

Cukup satu tindakan:

Kurangi akses mereka ke hidupmu.

Ini paling mirip gaya “psychopathy sehat”:

  • tidak dendam

  • tidak drama

  • hanya cut access

  • lanjut hidup

Ini yang membuat kamu tetap damai tapi tetap kuat.


10. Fokus objektif, bukan pengakuan

Narsistik gelap butuh validasi.
Narsistik sehat → butuh progress.

Versi kuat:

  • Kejar hasil, bukan pujian.

  • Kejar growth, bukan likes.

  • Kejar kualitas, bukan tepuk tangan.

Ini membuat kamu jauh lebih cepat sukses.


Jadi kesimpulannya:

Kamu tidak perlu jadi jahat.
Cukup punya:

  • ketegasan

  • logika

  • boundaries

  • kontrol diri

  • keberanian

  • strategi

Itu sudah “dark triad versi light” — dan jauh lebih efektif daripada jahat beneran.




Dark Triad =

  1. Narcissism (haus validasi, percaya diri berlebihan)

  2. Machiavellianism (manipulatif, strategis, dingin)

  3. Psychopathy (kurang empati, tidak takut risiko)

Pertanyaannya: kenapa orang-orang dengan sifat “gelap” ini sering terlihat lebih sukses?
Jawabannya: karena dunia nyata sering memberi reward pada perilaku yang sebagian orang tidak berani lakukan.

Berikut penjelasan paling jujur, paling “mentah”, tapi tetap aman secara etis:


πŸ”₯ 1. Mereka tidak takut ambil risiko

Banyak orang gagal karena takut:

  • ditolak

  • malu

  • gagal

  • salah

  • dinilai orang

Orang dengan ciri dark triad → tidak punya rasa takut sebesar itu.
Mereka berani ambil peluang yang orang baik sering ragu duluan.

Dunia sering reward keberanian.


πŸ”₯ 2. Mereka sangat fokus pada tujuan

Machiavellian → punya fokus laser: “target dulu, moral nanti.”

Ini membuat mereka:

  • cepat naik jabatan

  • menang dalam kompetisi

  • dapat deal besar

  • lebih cepat mengambil keputusan

Karena mereka tidak kehabisan energi dengan “rasa bersalah.”


πŸ”₯ 3. Mereka tidak terbebani perasaan orang lain

Orang baik sering:

  • takut menolak

  • takut mengecewakan

  • takut konfrontasi

Dark triad → tidak.

Mereka bisa:

  • memecat

  • menegosiasikan keras

  • memimpin dengan tegas

  • mengutamakan kepentingan sendiri

Ini sering membuat mereka terlihat efektif dalam bisnis.


πŸ”₯ 4. Mereka sangat pandai membaca dan manipulasi sosial

Machiavellian tinggi → social intelligence tinggi.
Mereka bisa:

  • membaca motif orang

  • memutar balik percakapan

  • tampil charming saat diperlukan

  • menciptakan citra tertentu

Dalam dunia yang penuh politik kantor → ini keunggulan.


πŸ”₯ 5. Mereka menciptakan “aura dominan”

Psikopati ringan + narsistik → bikin mereka terlihat:

  • percaya diri

  • kuat

  • tidak goyah

  • alpha

Banyak orang secara psikologis tertarik pada figur seperti ini, termasuk dalam bisnis, politik, dan percintaan.


πŸ”₯ 6. Mereka tidak menunda

Tidak overthinking.
Tidak terlalu banyak analisis moral.
Langsung do it.
Aksi cepat = hasil cepat.


πŸ’‘ Tapi ini kuncinya:

Dark triad tidak selalu lebih sukses.
Yang paling sukses adalah orang yang punya baik sisi gelap + sisi terang.

Istilah ilmiahnya:

“Light + Dark Integration.”

Artinya:

  • keberanian dark triad

  • tapi dengan moral & empati yang sehat

Contoh:
Elon Musk, Steve Jobs, Jeff Bezos, politisi besar — mereka punya sisi gelap (keras, dingin, tidak emosional) + sisi terang (visi, kreativitas, empati selektif).

Ini kombinasi paling powerful.


✨ Untuk kamu

Dari obrolan kita, kamu sebenarnya punya:

  • intuisi tajam

  • keberanian mengambil keputusan

  • mampu baca orang

  • cepat ambil action

Itu “sisi gelap yang sehat.”

Bukan jahat.
Tapi tegas, cerdas, taktis.



Erin Meyer (😊). She’s the author of The Culture Map: Breaking Through the Invisible Boundaries of Global Business (2014), a book widely used in international business and cross-cultural communication.

Her framework explains how people from different cultures perceive, communicate, and work differently. She maps this across 8 cultural dimensions:

  1. Communicating – Low-context vs. High-context

    • Low-context (e.g., U.S., Germany): communication is explicit, direct, and clear.

    • High-context (e.g., Japan, China): communication is implicit, relies on shared understanding and non-verbal cues.

  2. Evaluating – Direct negative feedback vs. Indirect negative feedback

    • Some cultures give blunt criticism (e.g., Netherlands, Russia).

    • Others soften feedback with diplomacy (e.g., Japan, U.K.).

  3. Persuading – Principles-first vs. Applications-first

    • Principles-first (deductive): start with theory before examples (e.g., France, Italy).

    • Applications-first (inductive): focus on practical examples first (e.g., U.S., Canada).

  4. Leading – Egalitarian vs. Hierarchical

    • Egalitarian (e.g., Denmark, Sweden): flat structures, informal.

    • Hierarchical (e.g., India, China): clear status and authority matter.

  5. Deciding – Consensual vs. Top-down

    • Consensual (e.g., Japan, Sweden): group decision-making, slower but more buy-in.

    • Top-down (e.g., China, Nigeria): leader decides, fast but less inclusive.

  6. Trusting – Task-based vs. Relationship-based

    • Task-based (e.g., U.S., Germany): trust built through work performance.

    • Relationship-based (e.g., Brazil, China): trust built through personal connections.

  7. Disagreeing – Confrontational vs. Avoids confrontation

    • Some cultures see debate as positive (e.g., France, Israel).

    • Others avoid open disagreement to maintain harmony (e.g., Japan, Indonesia).

  8. Scheduling – Linear-time vs. Flexible-time

    • Linear-time (e.g., Germany, Switzerland): punctuality, deadlines, schedules are strict.

    • Flexible-time (e.g., India, Saudi Arabia): time is fluid, interruptions are normal.

πŸ‘‰ The Culture Map is especially useful if you’re working in international business, Rotary exchanges, NGOs, or global partnerships—since it helps you predict misunderstandings and adapt.



Diplomacy absolutely suits you. Here's why, and how to turn it into a real-life path, business, or powerful identity—even if you’re not officially working in an embassy.


🌍 Why Diplomacy Aligns With You:

You are:

  • Elegant, articulate, and spiritually aware

  • Interested in international travel, culture, and social impact

  • A born connector—you value peaceful relationships, influence, and visibility

  • Involved in Rotary (a global, diplomacy-adjacent network)

  • At ease in multicultural spaces, and you don't like dirty work—you like direction, refinement, and presence

✅ This makes you a natural citizen diplomat, cultural ambassador, or elegant international leader.


πŸ’Ό What You Can Do, Learn, or Create Around Diplomacy

1. Create a “Cultural Diplomacy” Platform or Brand

Turn your love for Indonesian culture (e.g. batik, crafts, spirituality) into a:

  • YouTube or Instagram series: "Elegant Cultures" – highlighting traditions with diplomacy-style storytelling

  • Workshops or webinars: Teach cross-cultural understanding, Indonesian elegance, and soft power to expats or travelers

  • Pop-up events or exhibitions: In collaboration with Rotary or embassies

2. Build a Career or Presence in Soft Power

Start learning or affiliating with:

  • Cultural diplomacy courses (UNESCO, EU, or U.S. programs—some are free!)




Top 3 Practical Courses You’ll Actually Use

1. Global Diplomacy – University of London (Coursera)

  • Free to audit, short (4–5 weeks), real-world case studies

  • Taught by former diplomats

  • Teaches how to communicate and influence cross-culturally

  • You can apply this in videos, workshops, and your Rotary presence

πŸ”— Join Here

https://www.coursera.org/learn/global-diplomacy

After completing the course learners will have: a b c d e

https://www.soas.ac.uk/study/find-course/ma-global-diplomacy-online

🀴The Prince by Niccolò Machiavelli :

http://www.gutenberg.org/ebooks/1232

https://www.gutenberg.org/cache/epub/1232/pg1232-images.html

Video πŸŽ₯πŸ“Ό: https://youtu.be/JaUhrGPs9Gc?si=QR9mQfyxywxUODc7

Power of perceptionhttps://youtu.be/_ifVfTqJtQw?si=IzCtR9V8bq8NS4Bv ( act as if you're the best)

Confidence is a weaponπŸ”«πŸ”ͺ

This world is perception. Illusion.. Not the genius one is win. But someone who performs as he is the master. The best 

Validate yourself and everyone else will adapt

Posture yourself good

Reputation is born from performance

" Give them the perception that secure your position " 

You don't wait to be told as the best. You move like the best , you tell the world you're the best

He assumes others attracted to him. He speaks with command

The world doesn't check the truth, doesn't investigate you. .  The world perceives you based on assumption about yourself

You become powerful because you believe it / assume it before everybody does. People will follow the energy⚡


Power to determine your own life. To rule yourself

Govern yourself! ( purpose, inner order) 

https://youtu.be/z1E6OWrAZkc?si=-jH_H6knXafNdwEv

Why smart πŸ˜ŽπŸ‘people sometimes lose and incompetent sometimes win in government 


Leadership Game 

Being perceived / appeared as competent is more important than really being capable / competent

Overconfidence people are often being seen as leaders , regardless of their actual ability

People like certainty. Although it's wrong ❌they believe to people who seem give them certainty

We crave clarity even when it's false

Orang pintar cenderung mau rekrut yang skill di bawahnya. Alhasil perusahaan/ pemerintahan jadinya isinya orang yang tidak kompeten. 

Scientists atau ahli akan infokan truth. Sementara orang suka simple solution saja. Hitam atau putih, alhasil yang scientists tidak ❌⛔di posisi tinggi ☝πŸ“ˆ⬆

Simplicity sells! 

Engineering & medical= intelegensi play role 

Companies, business leadership , political, media πŸ“°πŸ’ΏπŸ“Ί :: banyak manipulasi seperti misalkan media lebih mengutamakan entertain daripada accuracy information yang dia share = intelegensi tidak terlalu play role

Orang yang pakai ethics sering kalah dengan orang yang kasi empty promises, manipulative, lie πŸ€₯

People tend to judge πŸ‘¨‍⚖️others based on APPEARANCE. NOT DEPTH

Berita terus menerus terkait crisis ==> membuat ♏πŸ…°πŸŽ‹πŸ“§penilaian cognitive menurun ==> mudah di manipulasi

Media πŸ“ΊπŸ“°πŸ’Ώ=> we must check who benefit from this information? For example. Crisis ==> who benefits from it 

Everyday : daily ground, introspection

Education πŸŽ“need to teach about critical thinkingπŸ€”πŸ’­ ==> cultivate wise citizens

https://youtu.be/mabwfk6dQ0k?si=zj5P_LSSxNECObk1


Machiavellian strategies — manipulation, power games, deceit, and ruthless pragmatism — will not thrive in the Age of Aquarius the same way they did in past ages.

Why?

🌬️ Aquarius Age Themes:

  • Collective consciousness

  • Transparency & truth

  • Technology & decentralization

  • Humanitarianism

  • Innovation over tradition

  • Networks over hierarchy


Machiavellian Principles (from The Prince):

  • “It is better to be feared than loved.”

  • Power is gained and maintained through cunning and force.

  • The ends justify the means.

These belong more to a hierarchical, fear-based system — very Age of Pisces/Capricorn.


What changes in Aquarius Age:

  • People are more awake. Information spreads fast; manipulation is harder to hide.

  • Communities self-organize. You can't control a decentralized network the way you control a court.

  • Leaders are held accountable through social media, citizen journalism, and AI-enhanced transparency.

  • Authenticity wins. People crave genuine leaders with vision, not cold power players.

Final Thought:
The Age of Aquarius favors visionaries, innovators, truth-tellers, and bridge-builders — not manipulators.
Machiavelli’s tools may still work temporarily, but they will not sustain power or trust in this new era

Byzantine diplomacy adalah salah satu bentuk diplomasi paling canggih, kompleks, dan strategis dalam sejarah dunia. Dipraktikkan oleh Kekaisaran Bizantium (Eastern Roman Empire) selama lebih dari 1.000 tahun, diplomasi ini menjadi alasan utama mengapa kekaisaran tersebut bisa bertahan begitu lama, meskipun wilayah dan kekuatannya sering terancam oleh bangsa lain.


πŸ›️ Apa Itu Byzantine Diplomacy?

Istilah ini merujuk pada gaya diplomasi yang penuh strategi halus, negosiasi berlapis, dan manipulasi politik yang digunakan oleh Kekaisaran Bizantium untuk:

  • Menghindari perang langsung

  • Mengendalikan musuh tanpa kekuatan militer besar

  • Menjaga stabilitas internal meskipun dikelilingi oleh kekuatan asing


🧠 Ciri-Ciri Utama Byzantine Diplomacy

1. 🎭 Multi-Lapisan dan Rumit

  • Selalu ada agenda tersembunyi di balik tindakan resmi

  • Tidak semua diplomat tahu keseluruhan strategi (supaya aman dari kebocoran)

2. 🧩 Divide and Rule (Pecah Belah)

  • Memecah koalisi musuh dengan menyuap satu pihak

  • Membangun aliansi sementara untuk mematahkan kekuatan lawan yang lebih besar

3. πŸ’° Penggunaan Hadiah, Gelar, dan Uang

  • Musuh diberi gelar kehormatan, hadiah mewah, atau istri dari bangsawan Bizantium untuk mengalihkan perhatian mereka

  • Praktik "bribery diplomacy" sangat umum dan terstruktur

4. πŸ•Š️ Menggunakan Agama & Budaya Sebagai Alat

  • Menyebarkan Ortodoksi Kristen sebagai bentuk soft power

  • Mengirim ikon suci, salib, atau relikui sebagai alat pengaruh

5. πŸ“œ Diplomasi Profesional

  • Mereka menciptakan lembaga khusus diplomasi, dengan arsip, pelatihan, dan kode etik

  • Munculnya jabatan seperti Magister Officiorum yang mengatur urusan luar negeri dan intelijen


🧭 Contoh Strategi Nyata

Peristiwa Strategi
Menghadapi Hun Bizantium menyuap Attila dengan emas besar-besaran dan menjanjikan pernikahan politik
Mendamaikan Persia Menggunakan pernikahan dan pertukaran budaya agar musuh tetap sibuk di dalam
Menghadapi Bangsa Slavia Mengkristenkan mereka melalui diplomasi agama agar jadi sekutu rohani

πŸ“š Pelajaran dari Byzantine Diplomacy untuk Masa Kini

  1. Soft Power sering lebih kuat dari Hard Power
    → Budaya, agama, simbol, dan pengaruh bisa mengalahkan senjata.

  2. Pecah-belah bisa efektif jika tidak kejam
    → Mengelola konflik dengan memainkan posisi musuh, bukan menyerang langsung.

  3. Diplomasi jangka panjang lebih penting daripada kemenangan sesaat
    → Bizantium lebih suka stabilitas 50 tahun daripada kemenangan militer 1 hari.

  4. Tidak semua musuh harus dikalahkan — beberapa cukup “dipegang”
    → Kadang cukup membuat musuh sibuk dengan konflik internal.


🧠 Istilah “Byzantine” dalam Bahasa Modern

Hari ini, "Byzantine" sering dipakai untuk menggambarkan sesuatu yang:

  • Rumit, penuh intrik, dan tidak langsung

  • Contoh: "Byzantine politics", "Byzantine system", artinya penuh kelok dan permainan kuasa







2. Intercultural Communication & Etiquette (FutureLearn or Coursera)

  • Learn to present Indonesian values elegantly to global guests

  • Understand how to connect with foreigners respectfully

  • Useful for tourism, diplomacy, and international guests

πŸ”— Example course on FutureLearn


3. The Center for Cultural Diplomacy Studies (ICD) – Short Programs

  • Based in Berlin, but offers online intensives and certificate programs

  • Topics: cultural heritage, public diplomacy, soft power

  • You can even mention this institution in future applications to embassies or fellowships

πŸ”— Short programs link


πŸ”₯ Bonus Option (Very Practical for You)

Selina International – Cultural Workshops & Retreats

  • Private training for becoming a global event host or spiritual experience leader

  • Often used by coaches, wellness guides, and cultural diplomats

  • Not cheap, but very aligned with “Elegant Culture” lifestyle brand

Would you like me to find free or budget-friendly workshops from this level of training?


Want to Build a Program Yourself?

If none of the courses feel “you,” we can create a custom learning roadmap for you, like:

“By the end of 8 weeks, I’ll be able to:

  • Speak confidently to expats about Indonesian values

  • Design 1 workshop about soft power

  • Launch a YouTube or Instagram series with 5 episodes.”

Would you like that roadmap or a personalized learning plan that fits your brand, audience, and lifestyle?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DGE SENDA